Kamis, 27 Oktober 2011

Al-Isra': 23-39

Al-Qur’an diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala dengan memuat berbagai manfaat dan fungsi yang sangat besar bagi manusia. Di antaranya adalah sebagai syifa’ (obat) baik untuk penyakit badan maupun penyakit hati, ia juga merupa-kan Nur (cahaya) yang menerangi langkah hidup manusia. Al-Qur’an merupakan Hudan dan Furqan (petunjuk dan pembeda) yang menunjukkan ke jalan yang lurus serta membedakan antara yang hak dan yang batil dan masih banyak lagi nama-nama lain dari Al-Qur’an yang masing-masing menunjukkan fungsinya.
Sebagai umat Islam, kita selayak-nya dapat mengambil dan memetik manfaat yang melimpah ruah ini, yaitu dengan cara mempelajarinya, merenungkan, dan memikirkan kandungan-nya, serta mengamalkan apa yang menjadi tuntutannya. Karena dengan itu kita akan mendapatkan kehidupan yang baik di dunia sebagaimana dijanjikan Allah subhanahu wata’ala dan di akhirat kelak kita termasuk orang-orang yang beruntung.Salah satu pengajaran tertinggi dari Al-Qur’an adalah seperti termuat di dalam surat Al-Israa’ dari ayat 23 hingga 39. Andaikan orang mau mengamalkan apa yang terdapat di dalamnya, tentu sudah cukup untuk menata setiap pribadi dan masyarakat, apalagi dengan mengamalkan ayat-ayat yang lainnya. Inilah di antara sebab yang mendorong kami untuk menyajikan tema ini.
Di dalam surat Al-Isra’ ayat 23-39 ini terdapat pesan atau wasiat Allah subhanahu wata’ala kepada umat manusia yang mencakup aspek pribadi dan sosial kemasyarakatan. Kalau kita mau mencermati dan memikirkan isi ayat-ayat tersebut, maka sungguh akan kita dapati sebuah pengajaran yang tidak tertandingi sehingga tak ada alasan bagi manusia manapun untuk berpaling dan lari dari Al-Qur’an lalu mencari sumber pengajaran lain apalagi yang tidak sejalan dengan Al-Qur’an.
Kita telah sering mendengar ungkapan bahwa yang paling tahu tentang keadaan suatu benda atau barang adalah pembuatnya. Sehingga jika ada kerusakan atau untuk mengetahui bagaimana cara merawatnya maka harus mengikuti petunjuk pabrik atau perusahaan pembuatnya. Demikian pula manusia adalah ciptaan Allah subhanahu wata’ala, maka yang paling tahu tentang manusia adalah penciptanya yaitu Allah subhanahu wata’ala. Dia lebih mengetahui mana yang baik dan buruk untuk manusia, mana yang berbahaya dan berguna, mana yang merusak dan membangun dan demikian seterusnya.
Maka kinilah saatnya setiap kita untuk kembali kepada Allah subhanahu wata’ala, kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kita gali kandungan dan isinya, kita hayati dan fikirkan, lalu kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Berbagai tatanan hidup yang diletakkan di atas selain tatanan Islam terbukti telah gagal mengantarkan manusia sebagai umat terbaik, sedangkan Al-Qur’an telah terbukti menjadikan umat yang mau berpegang dengannya menjadi manusia-manusia beradab dan bermartabat.
Semoga risalah ini memberikan manfaat bagi penyusun khususnya, para generasi muda, remaja dan masyarakat muslim pada umumnya.
Wasiat Pertama; Menyembah (Beribadah) Hanya Kepada Allah subhanahu wata’ala
Firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia.” (QS. Al-Israa’: 23). Ayat ini sekaligus merupakan larangan keras menyekutukan Allah subhanahu wata’ala dengan sesuatu apa pun, karena syirik (menyekutukan Allah) merupakan dosa yang tidak diampuni sebelum pelakunya bertaubat.
Wasiat ke Dua; Berbakti Kepada Dua Orang Tua
Firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,“Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Israa’: 23)
Di antara bentuk-bentuk berbuat baik (birrul walidain) kepada orang tua, sebagaimana dalam kelanjutan ayat adalah:
1. Tidak berkata “ah” atau membentak mereka. Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaan-mu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka.” (QS. Al-Israa’: 23)
2. Berkata yang Baik. Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya, “Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Israa’: 23)
3. Merendah terhadap Mereka. Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya, “Dan rendah-kanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan.” (QS. Al-Israa’: 24)
4. Mendo’akan mereka. Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan ucapkanlah,”Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagai-mana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. Rabbmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.” (QS. Al-Israa’: 24-25)

Wasiat ke Tiga; Memberikan Hak Keluarga, Orang Miskin, dan Ibnu Sabil
Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan.” (QS. Al-Israa’: 26)
Wasiat ke Empat; Tidak Menghamburkan Harta
Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya.” Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Rabbmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.” (QS. Al-Israa’: 26-2
Wasiat ke Lima; Jangan Pelit dan Jangan Boros
Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. Sesungguhnya Rabbmu melapangkan rizki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hambanya.” (QS. Al-Israa’: 29-30). Maksud menjadikan tangan terbe-lenggu pada leher adalah kikir atau pelit, sedangkan terlalu mengulur-kannya adalah boros.
Wasiat ke Enam; Tidak Membunuh Anak
Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS. Al-Israa’: 31)
Wasiat ke Tujuh; Jangan Mendekati Zina
Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Israa’: 32)
Wasiat ke Delapan; Tidak Membunuh Jiwa yang Diharamkan
Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuh-nya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan”. (QS. Al-Israa’: 33)
Wasiat ke Sembilan; Tidak Memakan Harta Anak Yatim
Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa.” (QS. Al-Israa’: 34)
Wasiat ke Sepuluh; Memenuhi Janji
Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Israa’: 34)
Wasiat ke Sebelas; Memenuhi Takaran dan Timbangan
Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. Al-Israa’: 35)
Wasiat ke Dua Belas; Tidak Mengikuti Apa yang Tidak Diketahui
Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.” (QS. Al-Israa’: 36)
Wasiat ke Tiga Belas; Tidak Sombong
Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesung-guhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Rabbmu.” (QS. Al-Israa’: 37-3 Seluruh wasiat yang tersebut di atas merupakan hikmah yang sangat agung, maka siapa saja yang mengam-bilnya berarti telah mengambil bagian yang sangat besar. Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya, “Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Rabb kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan ilah yang lain di samping Allah, yang menyebab-kan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah).” (QS. Al-Israa’: 39)

Tidak ada komentar: