Al-Qur’an diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala dengan memuat
berbagai manfaat dan fungsi yang sangat besar bagi manusia. Di antaranya
adalah sebagai syifa’ (obat) baik untuk penyakit badan maupun penyakit
hati, ia juga merupa-kan Nur (cahaya) yang menerangi langkah hidup
manusia. Al-Qur’an merupakan Hudan dan Furqan (petunjuk dan pembeda)
yang menunjukkan ke jalan yang lurus serta membedakan antara yang hak
dan yang batil dan masih banyak lagi nama-nama lain dari Al-Qur’an yang
masing-masing menunjukkan fungsinya.
Sebagai umat Islam, kita
selayak-nya dapat mengambil dan memetik manfaat yang melimpah ruah ini,
yaitu dengan cara mempelajarinya, merenungkan, dan memikirkan
kandungan-nya, serta mengamalkan apa yang menjadi tuntutannya. Karena
dengan itu kita akan mendapatkan kehidupan yang baik di dunia
sebagaimana dijanjikan Allah subhanahu wata’ala dan di akhirat kelak
kita termasuk orang-orang yang beruntung.Salah satu pengajaran tertinggi
dari Al-Qur’an adalah seperti termuat di dalam surat Al-Israa’ dari
ayat 23 hingga 39. Andaikan orang mau mengamalkan apa yang terdapat di
dalamnya, tentu sudah cukup untuk menata setiap pribadi dan masyarakat,
apalagi dengan mengamalkan ayat-ayat yang lainnya. Inilah di antara
sebab yang mendorong kami untuk menyajikan tema ini.
Di dalam surat
Al-Isra’ ayat 23-39 ini terdapat pesan atau wasiat Allah subhanahu
wata’ala kepada umat manusia yang mencakup aspek pribadi dan sosial
kemasyarakatan. Kalau kita mau mencermati dan memikirkan isi ayat-ayat
tersebut, maka sungguh akan kita dapati sebuah pengajaran yang tidak
tertandingi sehingga tak ada alasan bagi manusia manapun untuk berpaling
dan lari dari Al-Qur’an lalu mencari sumber pengajaran lain apalagi
yang tidak sejalan dengan Al-Qur’an.
Kita telah sering mendengar
ungkapan bahwa yang paling tahu tentang keadaan suatu benda atau barang
adalah pembuatnya. Sehingga jika ada kerusakan atau untuk mengetahui
bagaimana cara merawatnya maka harus mengikuti petunjuk pabrik atau
perusahaan pembuatnya. Demikian pula manusia adalah ciptaan Allah
subhanahu wata’ala, maka yang paling tahu tentang manusia adalah
penciptanya yaitu Allah subhanahu wata’ala. Dia lebih mengetahui mana
yang baik dan buruk untuk manusia, mana yang berbahaya dan berguna, mana
yang merusak dan membangun dan demikian seterusnya.
Maka kinilah
saatnya setiap kita untuk kembali kepada Allah subhanahu wata’ala,
kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kita gali kandungan dan isinya, kita
hayati dan fikirkan, lalu kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Berbagai tatanan hidup yang diletakkan di atas selain tatanan Islam
terbukti telah gagal mengantarkan manusia sebagai umat terbaik,
sedangkan Al-Qur’an telah terbukti menjadikan umat yang mau berpegang
dengannya menjadi manusia-manusia beradab dan bermartabat.
Semoga risalah ini memberikan manfaat bagi penyusun khususnya, para generasi muda, remaja dan masyarakat muslim pada umumnya.
Wasiat Pertama; Menyembah (Beribadah) Hanya Kepada Allah subhanahu wata’alaFirman
Allah subhanahu wata’ala, artinya,“Dan Rabbmu telah memerintahkan
supaya kamu jangan menyembah selain Dia.” (QS. Al-Israa’: 23). Ayat ini
sekaligus merupakan larangan keras menyekutukan Allah subhanahu wata’ala
dengan sesuatu apa pun, karena syirik (menyekutukan Allah) merupakan
dosa yang tidak diampuni sebelum pelakunya bertaubat.
Wasiat ke Dua; Berbakti Kepada Dua Orang TuaFirman
Allah subhanahu wata’ala, artinya,“Dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Israa’: 23)
Di antara bentuk-bentuk berbuat baik (birrul walidain) kepada orang tua, sebagaimana dalam kelanjutan ayat adalah:
1.
Tidak berkata “ah” atau membentak mereka. Allah subhanahu wata’ala
berfirman artinya,“Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaan-mu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah kamu membentak mereka.” (QS. Al-Israa’: 23)
2. Berkata
yang Baik. Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya, “Dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Israa’: 23)
3. Merendah
terhadap Mereka. Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya, “Dan
rendah-kanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan.”
(QS. Al-Israa’: 24)4. Mendo’akan mereka. Allah subhanahu wata’ala
berfirman artinya,“Dan ucapkanlah,”Wahai Rabbku, kasihilah mereka
keduanya, sebagai-mana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
Rabbmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang
yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang
bertaubat.” (QS. Al-Israa’: 24-25)Wasiat ke Tiga; Memberikan Hak Keluarga, Orang Miskin, dan Ibnu SabilAllah
subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan berikanlah kepada
keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan.” (QS. Al-Israa’: 26)
Wasiat ke Empat; Tidak Menghamburkan HartaAllah
subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu
adalah sangat ingkar kepada Rabbnya.” Dan jika kamu berpaling dari
mereka untuk memperoleh rahmat dari Rabbmu yang kamu harapkan, maka
katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.” (QS. Al-Israa’: 26-2
Wasiat ke Lima; Jangan Pelit dan Jangan BorosAllah
subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan janganlah kamu jadikan
tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu
mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.
Sesungguhnya Rabbmu melapangkan rizki kepada siapa yang Dia kehendaki
dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha melihat
akan hamba-hambanya.” (QS. Al-Israa’: 29-30). Maksud menjadikan tangan
terbe-lenggu pada leher adalah kikir atau pelit, sedangkan terlalu
mengulur-kannya adalah boros.
Wasiat ke Enam; Tidak Membunuh AnakAllah
subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan janganlah kamu membunuh
anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rizki
kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
suatu dosa yang besar.” (QS. Al-Israa’: 31)
Wasiat ke Tujuh; Jangan Mendekati ZinaAllah
subhanahu wata’ala berfirman, artinya,“Dan janganlah kamu mendekati
zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu
jalan yang buruk.” (QS. Al-Israa’: 32)
Wasiat ke Delapan; Tidak Membunuh Jiwa yang DiharamkanAllah
subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan janganlah kamu membunuh jiwa
yang diharamkan Allah (membunuh-nya), melainkan dengan suatu (alasan)
yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami
telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli
waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang
yang mendapat pertolongan”. (QS. Al-Israa’: 33)
Wasiat ke Sembilan; Tidak Memakan Harta Anak YatimAllah
subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan janganlah kamu mendekati
harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat)
sampai ia dewasa.” (QS. Al-Israa’: 34)
Wasiat ke Sepuluh; Memenuhi JanjiAllah
subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan penuhilah janji; sesungguhnya
janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Israa’: 34)
Wasiat ke Sebelas; Memenuhi Takaran dan TimbanganAllah
subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan sempurnakanlah takaran
apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah
yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. Al-Israa’: 35)
Wasiat ke Dua Belas; Tidak Mengikuti Apa yang Tidak DiketahuiAllah
subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan janganlah kamu mengikuti apa
yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya
pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggunganjawabnya.” (QS. Al-Israa’: 36)
Wasiat ke Tiga Belas; Tidak SombongAllah
subhanahu wata’ala berfirman artinya,“Dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi ini dengan sombong, karena sesung-guhnya kamu sekali-kali
tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai
setinggi gunung. Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Rabbmu.”
(QS. Al-Israa’: 37-3 Seluruh wasiat yang tersebut di atas merupakan
hikmah yang sangat agung, maka siapa saja yang mengam-bilnya berarti
telah mengambil bagian yang sangat besar. Allah subhanahu wata’ala
berfirman artinya, “Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Rabb
kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan ilah yang lain di samping Allah,
yang menyebab-kan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan
tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah).” (QS. Al-Israa’: 39)